Help: Keluarga Ibu Shinta

Nico
4 min readAug 15, 2020

Foto ini merupakan awal dari whatsapp yang saya terima dari mama pagi tadi diiringi pertanyaan “Apartemen City Resort itu yang deket (rumah) kamu bukan sih?” Yang kemudian saya jawab dengan “Gak jauh, tapi ya gak deket-deket amat juga.” Chat berlanjut dengan sebuah kalimat ter-forward berikut ini:

“Pagi ini di depan City Resort Apartment Cengkareng Jakarta Barat. Satu keluarga dgn 3 anak yg masih kecil2 berdagang krupuk dan tissue keliling. Papa nya buta, Mama nya agak cacat, anaknya 3, yg paling kecil duduk di kreta bayi. Kalau ada yg melihat tolong dibeli apa yg mereka jual, paling tidak kita membantu ekonomi lemah. Setiap pagi pasti lewat depan City Resort. Terima kasih”

Forward-an WA disambung dengan cerita panjang tentang bagaimana Sang suami bisa kehilangan penglihatan permanen sehingga kehilangan pekerjaan dan sudah 4 tahun terakhir mereka hidup dari berjualan di pinggir jalan setiap pagi jam 7–10 dan malam juga mulai jam 7 hingga 11 malam. Singkat cerita, di akhir paragraf ada ajakan menyumbang dengan disertakan nomor kontak Sang Ibu di foto yang diketahui bernama Ibu Shinta.

Saya tidak menghubungi Ibu Shinta langsung karena di kepala saya, semua orang di internet adalah penipu sampai terbukti sebaliknya.
Berhubung weekend ini saya santai maka sebelum Ibu saya menyumbang, saya menawarkan untuk menelusuri terlebih dahulu keabsahan informasi ini.

Setelah menemukan orang pertama yang mengirimkan pesan WA ini, yang bernama Ibu Caroline, saya pun menghubungi untuk menanyakan beberapa detil informasi yang terkait dengan Ibu Shinta ini.

Singkat cerita (lagi), Ibu Caroline ini sudah melakukan investigasi juga sekaligus mengantarkan sembako secara langsung ke lokasi Ibu Shinta. Cerita yang saya dapatkan dari Bu Caroline sudah lebih lengkap dan berdasarkan foto-foto berikut, dapat terlihat bahwa Ibu Shinta, suami, dan ketiga anaknya hidup di apartemen yang sangat tidak layak untuk dihuni mereka berlima. Berikut foto-fotonya:

Kondisi Studio Apartemen Ibu Shinta

Di titik ini saya sudah cukup percaya bahwa informasi ini valid adanya. Kami pun berdiskusi lebih lanjut mengenai bantuan apa saja yang saat ini dibutuhkan oleh Ibu Shinta dan keluarganya mengingat bantuan berbentuk membeli barang dagangan Beliau saja sepertinya tidak akan cukup.

Concern Ibu Caroline adalah ke anak-anaknya. Yang setiap hari terpaksa harus dibawa berdagang setiap pagi dan malam karena masih terlalu kecil untuk ditinggal. Selama berjualan, anak-anak ini terpapar debu dan asap sepanjang hari, makan makanan seadanya, dan terus menerus kena angin malam karena keluarga ini harus berjualan kadang sampai jam 11 malam untuk memenuhi kuota jualan harian sebesar Rp 150.000. Dana itu akan digunakan untuk menutupi biaya sewa apartemen, listrik air, biaya hidup, dan iuran sekolah anak-anaknya.

Setelah pulang pun, saat tidur mereka harus berdempet-dempetan di bunk bed sempit diapit penuhnya barang-barang seperti di foto di atas.

Inisiatif yang akhirnya kami sepakati adalah membantu Ibu Shinta menyewa satu unit apartemen lagi di City Resort, yang lebih layak untuk beristirahat dan beraktivitas, dan membuat ruang yang saat ini mereka tempati hanya sebagai “gudang” sementara. Saat artikel ini ditulis, Ibu Caroline sedang menghubungi beberapa realtor untuk mencari biaya sewa satu unit 2 bed room di City Resort Cengkareng.

Dengan terbebasnya Ibu Shinta dari biaya sewa tempat tinggal, kami berharap setidaknya Beliau tidak lagi harus keluar berjualan di malam hari untuk kejar target dan dapat beristirahat di lokasi yang lebih layak.

Issue berikutnya adalah soal menggalang dana. Hingga saat ini kami masih mencari organisasi yang bersedia mengumpulkan dan mengaudit hasil pengumpulan dana. Jika ada di antara rekan pembaca sekalian yang memiliki koneksi ke organisasi yang valid untuk menjadi mediator untuk membantu Ibu Shinta, silakan menghubungi lewat DM saya di twitter:

NCLYS

Akhir kata, investigasi yang awalnya iseng-iseng ini berakhir pada issue yang cukup serius. Kami masih sangat amatir dalam hal bantu-membantu, jadi jika ada saran, masukan, dan kritik, dengan senang hati akan kami terima.

Memberikan tempat huni yang layak dalam rentang waktu terbatas mungkin bukan solusi paling sempurna yang dapat kita berikan untuk membantu Ibu Shinta mengatasi semua masalah yang ia hadapi. Tapi mudah-mudahan ini mampu menjadi batu pijakan pertama yang dibutuhkan oleh keluarganya untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Let’s help.

--

--

Nico

The Weapon of Mass Distraction | Virtual Reality | Digital Contents